Jumat, 25 Oktober 2013

Sejarah Berdirinya Kota Purworejo

Kabupaten Purworejo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Purworejo beralih ke halaman ini. Untuk kota yang bernama sama, lihat Purworejo, Purworejo. Untuk kegunaan lain, lihat Purworejo (disambiguasi).
Kabupaten Purworejo
Lambang Kabupaten Purworejo.jpg
Lambang Kabupaten Purworejo
Moto: Purworejo Berirama (Bersih,Indah, Rapi, Aman dan Makmur)

Locator kabupaten purworejo.png
Peta lokasi Kabupaten Purworejo
Koordinat: -
Provinsi Jawa Tengah
Dasar hukum UU No. 13/1950
Tanggal 8 Agustus 1950
Ibu kota Purworejo
Pemerintahan
 - Bupati Drs. H Mahsun Zain M.Ag. [1]
 - DAU Rp. 793.904.679.000.-(2013)[2]
Luas 1.034 km2
Populasi
 - Total 709.000 jiwa (2003)
 - Kepadatan 685,69 jiwa/km2
Demografi
 - Suku bangsa Jawa
 - Bahasa Indonesia, Jawa
 - Kode area telepon 0275
Pembagian administratif
 - Kecamatan 16
 - Kelurahan 25
 - Desa 469
 - Flora resmi Manggis kaligesing
 - Fauna resmi peranakan etawa (PE)
 - Situs web http://www.purworejokab.go.id
Kabupaten Purworejo (Jawa: alfabet latin: purwareja, aksara Jawa: ꦥꦸꦂꦮꦉꦗ), adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukota berada di kota Purworejo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang di utara, Kabupaten Kulon Progo (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di timur), Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Kebumen di sebelah barat.

Geografi

Bagian selatan wilayah Kabupaten Purworejo merupakan dataran rendah. Bagian utara berupa pegunungan, bagian dari Pegunungan Serayu. Di perbatasan dengan DIY, membujur Pegunungan Menoreh.
Purworejo berada di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa. Kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api, dengan stasiun terbesarnya di Kutoarjo.

Pembagian administratif

Kabupaten Purworejo terdiri atas 16 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 469 desa dan 25 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Purworejo.

Sejarah

Prasasti Kayu Ara Hiwang ditemukan di Desa Boro Wetan (Kecamatan Banyuurip), jika dikonversikan dengan kalender Masehi adalah tanggal 5 Oktober 901. Ini menunjukkan telah adanya pemukiman sebelum tanggal itu. Bujangga Manik, dalam petualangannya yang diduga dilakukan pada abad ke-15 juga melewati daerah ini dalam perjalanan pulang dari Bali ke Pakuan. Sampai sekarang, kapan tepatnya tanggal ulang tahun berdirinya Kabupaten Purworejo, masih jadi bahan perdebatan. Ada yang berpatokan pada pada tanggal prasasti diatas, ada juga yang berpatokan pada diangkatnya bupati Purworejo I pada 30 Juni 1830.
Pada masa Kesultanan Mataram hingga abad ke-19 wilayah ini lebih dikenal sebagai Bagelen (dibaca /ba·gə·lɛn/). Saat ini Bagelen malah hanya merupakan kecamatan di kabupaten ini.
Setelah Kadipaten Bagelen diserahkan penguasaannya kepada Hindia-Belanda oleh pihak Kesultanan Yogyakarta (akibat Perang Diponegoro), wilayah ini digabung ke dalam Karesidenan Kedu dan menjadi kabupaten. Belanda membangun pemukiman baru yang diberi nama Purworejo sebagai pusat pemerintahan (sampai sekarang) dengan tata kota rancangan insinyur Belanda, meskipun tetap mengambil unsur-unsur tradisi Jawa. Kota baru ini adalah kota tangsi militer, dan sejumlah tentara Belanda asal Pantai Emas (sekarang Ghana), Afrika Barat, yang dikenal sebagai Belanda Hitam dipusatkan pemukimannya di sini. Sejumlah bangunan tua bergaya indisch masih terawat dan digunakan hingga kini, seperti Masjid Jami' Purworejo (tahun 1834), rumah dinas bupati (tahun 1840), dan bangunan yang sekarang dikenal sebagai Gereja GPIB (tahun 1879).
Alun-alun Purworejo, seluas 6 hektar, konon adalah yang terluas di Pulau Jawa.[rujukan?]

Perekonomian

Pertanian

Aktivitas ekonomi kabupaten ini bergantung pada sektor pertanian, di antaranya padi, jagung, ubi kayu dan hasil palawija lain. Sentra tanaman padi di Kecamatan Ngombol, Purwodadi dan Banyuurip. Jagung terutama dihasilkan di Kecamatan Bruno. Ubi kayu sebagian besar dihasilkan di Kecamatan Pituruh.
Di tingkat Provinsi Jawa Tengah, Purworejo menjadi salah satu sentra penghasil rempah-rempah (Bahasa Jawa: empon-empon), yaitu: kapulaga, kemukus, temulawak, kencur, kunyit dan jahe yang sekarang merupakan komoditas biofarmaka binaan Direktorat Jenderal Hortikultura. Selain untuk bumbu penyedap masakan, juga untuk bahan baku jamu. Empon-empon yang paling banyak dihasilkan Purworejo adalah kapulaga. Sentra produksi di Kecamatan Kaligesing, Loano dan Bener. Konsumen tanaman empon-empon adalah perajin jamu gendong, pengusaha industri jamu jawa dan rumah makan.
Sekitar 75 pabrik jamu di Jawa Tengah mengandalkan bahan baku dari kabupaten ini. Demikian juga pengusaha jamu tradisional di Cilacap, seperti : Jaya Guna, Serbuk Sari, Serbuk Manjur dan Cap Tawon Sapi. Pembeli biasanya mendatangi sekitar lima toko penyedia bahan jamu di Pasar Baledono.
Kecamatan Grabag dikenal sebagai sentra kelapa yang produksinya selain dimanfaatkan sebagai kelapa sayur, juga diolah menjadi gula merah dan minyak kelapa serta merupakan pusat penghasil mlinjo yang buahnya dijadikan makanan kecil, yaitu : emping. Kecamatan Kaligesing, Bener, Bruno dan Bagelen dikenal sebagai penghasil durian di Kecamatan Pituruh anda akan menemukan sentra hortikultura/pusat hasil buah, yaitu : buah pisang, karena di antara pasar yang ada di Purworejo, Pituruh menyumbang 40% pisang dari keseluruhan pisang di Purworejo.Komoditas pisang di pasar Pituruh dihasilkan dari desa Ngandagan,Kalikotes,Klaigintung,Pamriyan dan Petuguran

Perkebunan

Kelapa merupakan tanaman perkebunan rakyat sebagai sumber penghasilan kedua setelah padi bagi sebagian besar petani di Kabupaten Purworejo. Komoditas unggulan perkebunan yang lain, yaitu : Kopi, Karet, Kakao, Vanili (tanaman tahunan) dan Tebu serta Nilam (tanaman semusim). Komoditi Tembakau rakyat sebagai usaha tani komersial, juga telah memberi kontribusi kepada pendapatan negara (Devisa) dan pendapatan asli daerah (PAD), sehingga pada 2008 dan 2009 Kabupaten Purworejo mendapat Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT). Upaya pemerintah pusat dalam pembangunan perkebunan di daerah, telah merintis pengembangan tanaman jarak pagar yang diharapkan dapat bermanfaat dalam mewujudkan desa mandiri energi sebagai solusi menanggulangi kelangkaan bahan bakar.

Peternakan

Di bidang peternakan, ternak yang menjadi khas Purworejo adalah kambing peranakan etawa (PE), yakni kambing dari India yang memiliki postur tinggi besar. Peternakaan kambing PE terutama di Kecamatan Kaligesing. Sisanya dari Kecamatan Purworejo, Bruno, dan Kemiri. Di Kecamatan Kaligesing, kambing itu dikawinkan dengan kambing lokal, sehingga tercipta kambing PE ras Kaligesing. Bagi sebagian besar peternak di Purworejo, memiliki kambing ini merupakan kebanggaan tersendiri, ibarat memiliki mobil mewah. Setiap tahun ribuah kambing dipasarkan ke luar Purworejo, termasuk ke Jawa Timur (Ponorogo, Kediri, Trenggalek), Sumatera (Bengkulu, Jambi), Riau dan Kalimantan(Banjarmasin), bahkan pada 2005 - 2006 pernah ekspor ke Malaysia.

Perikanan

dibidang perikanan, Kabupaten Purworejo memiliki potensi cukup besar. baik perikanan tangkap yang dilakukan para nelayan pantai laut selatan meliputi kecamatan Grabag, Ngombol dan Purwodadi. adapun komoditasnya ikan bawal laut, ikan pari, ikan GT, kakap merah dll. untuk perikanan budidaya tambak terdapat di desa Jatimalang, Jatikontal dan Gedangan dengan komoditas udang vaname dan udang galah. sedangkan untuk perikanan budidaya air tawar meliputi : Budidaya Ikan Gurami terdapat di Desa Kaliurip, Sendangsari, Karangsari (Kecamatan Bener) Desa Penungkulan, Lugosobo dan Pakem (Kecamatan Gebang) serta Desa Maron dan Mudalrejo (kecamatan Loano). Khusus untuk Desa Kaliurip, merupakan pusat percontohan budidaya ikan gurami jenis Jepun dan pernah menjuarai lomba tingkat provinsi Jawa Tengah dan Juara Harapan II di tingkat Nasional. meski mengalami pasang surut, namun eksistensi budidaya gurami seakan tak pernah mati. menurut salah satu tokoh penggiatnya Idi Sunarto mengatakan, bahwa sejak tahun 80an budidaya ikan gurami telah menjadi mata pencaharian sekaligus kebanggaan bagi warga Desa Kaliurip hingga kini. pada tahun 2013 ini bersama - sama desa Sendangsari dan Penungkulan telah mengajukan penetapan sebagai Kawasan Minapolitan. hal ini dilakukan sebagai langkah terobosan untuk memajukan sektor perikanan air tawar secara lebih besar dan lebih modern. sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih banyak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Industri

Pabrik Gula Purworejo (tahun 1910).
Di bidang industri, Purworejo memiliki satu industri tekstil di Kecamatan Banyuurip. Selain tekstil, di kecamatan ini ada dua industri pengolahan kayu dengan 387 tenaga kerja. Satu industri yang sama dengan 235 tenaga kerja di Kecamatan Bayan. Saat ini hasil industri yang mulai naik daun adalah pembuatan bola sepak. Industri ini mulai dirintis tahun 2002 di Desa Kaliboto, Kecamatan Bener, bola sepak bermerek Adiora itu sudah menembus pasar mancanegara. Meski baru setahun berdiri, pembuatan bola sepak itu mewarnai kehidupan masyarakat Kecamatan Bener. Di Tahun 2007 berdiri cabang dari rokok Sampoerna di Kecamatan Bayan yang telah memberi kesempatan kerja relatif banyak dengan SDM tidak hanya yang berasal dari Kabupaten Purworejo saja, karena banyak juga tenaga kerja berasal dari luar kabupaten, yaitu : dari Kabupaten Wonosobo dan Temanggung.

Pariwisata

Dalam bidang pariwisata, purworejo mengandalkan pantainya di sebelah selatan yang bernama "Pantai Ketawang", "Pantai Keburuhan (Pasir Puncu), "Pantai Jatimalang" didukung dengan gua-gua : "Gua Selokarang" dan "Sendang Sono", di Sendang Sono (artinya : Kolam dibawah pohon Sono) masyarakat mempercayai bahwa mandi disendang tersebut akan dapat mempertahankan keremajaan. Goa Seplawan, terdapat di kecamatan Kaligesing. Goa ini banyak diminati wisatawan karena keindahan goa yang masih asli dan juga keindahan pemandangan alamnya serta hasil buah durian dan kambing ettawa sebagai salah satu ciri khas hewan ternak di Kabupaten Purworejo. Disamping itu, terdapat juga air terjun "Curug Muncar" dengan ketinggian ± 40m yang terletak di kecamatan Bruno dengan panorama alam yang masih alami.[3] gua pencu di desa ngandagan,merupakan bentuk benteng seperti gua pada zaman belanda;dan pada masa itu gua pencu pernah didatangi oleh presiden sukarno,tapi sekarang sudah tidak terawat karena kurang pedulinya aparatur pemerintahan desa,dan jika anda ingin menikmati suasana sejuknya alam anda d\tinggal melanjutkan perjalanan ke utara karena disana anda dapat menemukan hutan pinus yang sangat sejuk dan dingin engan panorama pegunungan dengan hamparan ladang petani yang permai, Geger menjangan sebelah kolam renang artatirta dengan panorama prgunungan yang asri dari puncak. Kawasan gunung tugel sebelah utara kutoarjo dengan panorama prgunungan yang asri dari puncak. Jalan Ketawang Kutoarjo tempat berlangsungnya Balapan motor tiap malam minggu dengan aksi-aksi yang menakjubkan kreasai motr anak-anak purworejo. Alun-alun kutoarjo berkumpulnya anak-anao purworejo basecamp bikers purworejo berbagai motor anak-anak purworejo yang full modivication.

Makanan khas daerah

Beberapa masakan dan makanan khas Purworejo antara lain:
  • Dawet Hitam: sejenis cendol yang berwarna hitam, sangat digemari pemudik dari Jakarta.
  • Tahu Kupat (beberapa wilayah menyebut "kupat tahu"), sebuah masakan yang berbahan dasar tahu dengan bumbu pedas yang terbuat dari gula jawa cair dan sayuran seperti kol dan kecambah.
  • Geblek : makanan yang terbuat dari tepung singkong yang dibentuk seperti cincin, digoreng gurih
  • Clorot : makanan terbuat dari tepung beras dan gula merah yang dimasak dalam pilinan daun kelapa yang masih muda (janur kuning). (Berasa dari kecamatan Grabag)
  • Rengginang : gorengan makanan yang terbuat dari ketan yang dimasak, berbentuk bulat, gepeng.
  • Lanting : makanan ini bahan dan bentuknya hampir sama dengan geblek, hanya saja ukurannya lebih kecil. Setelah digoreng lanting terasa lebih keras daripada geblek. Namun tetap terasa gurih dan renyah.
  • Kue Satu : Makanan ini terbuat dari tepung ketan, berbentuk kotak kecil berwarna krem, dan rasanya manis.
  • Kue Lompong : Berwarna hitam, dari gandum berisi kacang dan dibugkus dengan daun pisang yang telah mengering berwarna kecoklatan (klaras).
  • Tiwul punel: Terbuat dari gaplek ubi kayu
  • Krimpying : Makanan ini berbahan dasar singkong, seperti lanting tapi berukuran lebih besar dan lebih keras, berwarna krem, bentuknya bulat tidak seperti lanting yang umumnya berbentuk seperti angka delapan. Rasa makanan ini gurih.
  • cenil: makanan ini tebuat dari tepung ketela.
  • Awuggawug: terbuat dari tepung beras ketan yang berisi gula jawa rasanya manis.
  • Lapis: dari tepung beras ketan.

Transportasi

Purworejo terletak di jalur Selatan Jawa yang menghubungkan Kota Yogyakarta dengan kota-kota lain di pantai Selatan Jawa. Purworejo dapat ditempuh melalui darat menggunakan moda transportasi jalan raya dan kereta api. Stasiun besar di kabupaten ini terletak di Kutoarjo yang disinggahi kereta api ekonomi jurusan Bandung Kiaracondong - Stasiun Yogyakarta, Bandung - Madiun dan Purwokerto - Surabaya serta kereta bisnis seperti Senja Utama Solo dan Senja Utama Yogya. Kereta eksekutif yang singgah di stasiun ini adalah Taksaka II. Dari stasiun Kutoarjo sendiri juga memberangkatkan kereta api sendiri yaitu Sawunggalih Utama jurusan Purworejo - Jakarta Pasar Senen serta Sawunggalih Selatan jurusan Purworejo - Bandung
Terminal bis utama di kabupaten ini terletak di antara Purworejo - Kutoarjo tepatnya di kecamatan Banyuurip. Sementara itu, Purworejo menghubungkan kota-kota Kebumen di sebelah barat, Wonosobo di sebelah utara, Magelang di sebelah timur laut, dan kota Wates (Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta) di sebelah timur. Di sebelah selatan kota Purworejo dikenal jalan raya yang diyakini sebagai bagian dari proyek pembangunan jalan raya Trans-Jawa, Anyer-Panarukan, saat pemerintahan Hindia Belanda berkuasa yang saat ini lebih dikenal dengan jalan Daendels.

Legenda

Tundan Obor: setiap musim penghujan, saat hujan rintik, pada senja hari (surup), terdengar suara bergemuruh seperti kentongan ditabuh di sepanjang kali Jali, dimana akan ditemukan beberapa barisan obor yang melayang sepanjang sungai Jali, dari Gunung Sumbing hingga ke pantai, sampai saat ini beberapa warga masyarakat masih meyakini hal ini (dan beberapa mengaku masih menyaksikan). Sebagai bagian dari daerah pesisir Pantai Selatan, legenda Nyi Roro Kidul juga beredar luas di kalangan penduduk.

Kesenian

Purworejo memiliki kesenian yang khas, yaitu dolalak, tarian tradisional diiringi musik perkusi tradisional seperti : Bedug, rebana, kendang. Satu kelompok penari terdiri dari 12 orang penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu jenis gender saja (seluruhnya pria, atau seluruhnya wanita). Kostum mereka terdiri dari : Topi pet (seperti petugas stasiun kereta), rompi hitam, celana hitam, kacamata hitam, dan berkaos kaki tanpa sepatu (karena menarinya di atas tikar). Biasanya para penari dibacakan mantra hingga menari dalam kondisi trance (biasanya diminta untuk makan padi, tebu, kelapa) kesenian ini sering disebut juga dengan nama Dolalak
Dzikir Saman mengadopsi kesenian tradisional aceh dan bernuansa islami, dengan penari yang terdiri dari 20 pria memakai busana muslim dan bersarung, nama Dzikir Saman diambil dari kata samaniyah (arab, artinya : sembilan), yang dimaksudkan sembilan adegan dzikir. diiringi musik perkusi islami ditambah kibord dan gitar. pada jeda tiap adegan disisipi musik-musik yang direquest oleh penonton)

Tari Dolalak

Tari dolalak merupakan tarian khas daerah Purworejo. Tari ini merupakan percampuran antar budaya Jawa dan budaya barat. Pada masa penjajahan Belanda, para serdadu Belanda sering menari-nari dengan menggunakan seragam militernya dan diiringi dengan nyanyian yang berisi sindiran sehingga merupakan pantun. Kata dolalak sebenarnya berasal dari notasi Do La La yang merupakan bagian dari notasi do re mi fa so la si do yang kemudian berkembang dalam logat Jawa menjadi Dolalak yang sampai sekarang ini tarian ini menjadi Dolalak.

Tokoh dari Purworejo

Pendidikan

Pondok pesantren

  • Pondok Pesantren Al Anwar An Nuur Maron Loano Purworejo(KHR. Rofiq Hamid)
  • Pondok Pesantren Misriyyu Nuril Anwar, Maron Loano Purworejo (KHR. Abd Hakim Hamid)
  • Padepokan Sinar Buana, Solotiyang Loano Purworejo (Ustadz Teguh Susanto, LC)
  • Darul Hikmah Islamic Boarding School, Jl S.Parman Kutoarjo
  • Pondok Pesantren An-Nawawi, Asuhan KH. Achmad Chalwani Nawawi
  • Pondok Pesantren Al-Iman Bulus Gebang Purworejo, Asuhan Sayyid Hasan Agil Ba'bud
  • Pondok Pesantren Al-Amin Dukuh Gintungan Gebang Purworejo
  • Pondok Pesantren Rodhothul Atfal Bruno Purworejo
  • Pondok Pesantren Daarul Muttaqin Kedungsari Purworejo, Asuhan KH Toyfur Mawardi
  • Pondok Pesantren At-Tin Doplang Purworejo
  • Pondok Pesantren Roudlotul Asna Pogungrejo Bayan
  • Pondok Pesantren Al-Barokah Cokroyasan Ngombol
  • Pondok Pesantrean Ma'hadul Ulumis Syariyyah, Plaosan Purworejo, Asuhan KH. Nur Asnawi Kholil
  • Pondok Pesantrean Ma'unah, Plaosan Baledono Purworejo, Asuhan KH. R Dawud Masykuri
  • Pondok Pesantrean Darrussalaam, Plaosan Baledono Purworejo, Asuhan KH. Muslim Sofyan
  • Pondok Pesantrean Darun Naja, Lengkong, Purworejo, Asuhan KH. ABdul Ghofar Sulaiman
  • Pondok Pesantrean Darul Hikmah Kutoarjo, Purworejo,
  • Pondok Pesantren Al - Huda, Sirembes Penungkulan Gebang Purworejo (KH. Muh Barzachi Yusuf)
  • Pondok Pesantren Al - Falah, Manisjangan Bener Purworejo (KH. Ibnu Hajar Dahlan)
  • Pondok Pesantren Al Baidhowi, Kedungloteng Bener Purworejo (KHR.Chadiq Baidlowi)
  • Pondok Pesantren As Shidiqiyyah, Berjan Gebang Loano (KH.Attabiq Bakir)
  • Pondok Pesantren Al Falah, Lugosobo Gebang Purworejo (KH. Ja'far Syamsudin)
  • Pondok Pesantren Irsyadut Tholibin, Sucenjurutengah Purworejo, asuhan Kyai Makin Mubasir
  • Pondok Pesantren Tasymirut Thullab Kebonlegi Bener Purworejo (KH. Zaenal Mukarrom,SH.Alh)
  • Pondok Pesantren Syahir Al falah, Bandongan Sendangsari Bener (Gus Robert Jazuly)

Perguruan tinggi

  • Universitas Muhammadiyah Purworejo
  • Akademi Komputer Bina Sarana Informatika (BSI) Cabang Purworejo
  • Sekolah Tinggi Agama Islam An-Nawawi
  • Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama
  • Politeknik Sawunggalih Aji Kutoarjo
  • Politeknik Megatek
  • Akademi Keperawatan Purworejo
  • Akademi Kebidanan Bhakti Putra Bangsa
  • STIE "RAJAWALI" Purworejo

Sekolah dasar atau sederajat

Sekolah menengah pertama (atau sederajat)

Sekolah menengah atas (atau sederajat)

Sekolah kejuruan



Sejarah Singkat Kabupaten Purworejo




Kabupaten Purworejo (Bahasa Jawa: Purwareja), adalah sebuah kabupaten
di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Purworejo. Kabupaten ini
berbatasan dengan Kabupaten WonosoboKabupaten Magelang di utara,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di timur, Samudra Hindia di selatan,
serta Kabupaten Kebumen di barat.

Geografi

Bagian selatan wilayah Kabupaten Purworejo merupakan dataran rendah.
Bagian utara berupa pegunungan, bagian dari Pegunungan M. Di
perbatasan dengan DIY, membujur Pegunungan Menoreh.

Purworejo berada di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa. Kabupaten ini
juga dilintasi jalur kereta api, dengan stasiun terbesarnya di Kutoarjo.

Pembagian administratif
Kabupaten Purworejo terdiri atas 16 kecamatan, yang dibagi lagi atas
sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan
Purworejo.


Sejarah

Prasasti Kayu Ara Hiwang ditemukan di Desa Boro Wetan (Kecamatan
Banyuurip), jika dikonversikan dengan kalender Masehi adalah tanggal
5 Oktober 901.




Tata kota Purworejo merupakan warisan tata guna lahan sejak jaman
pemerintahan Hindia Belanda. Sejumlah bangunan tua masih terawat
digunakan hingga kini, diantaranya Masjid Jami’ Purworejo (tahun 1834),
rumah dinas bupati (tahun 1840), dan bangunan yang sekarang dikenal
sebagai Gereja GPIB (tahun 1879). Alun-alun Purworejo seluas 6 hektar,
konon adalah yang terluas di Pulau Jawa.

Perekonomian

Pertanian

Aktivitas ekonomi kabupaten ini bergantung pada sektor pertanian,
diantaranya padi, jagung, ubi kayu, dan hasil palawija lain. Sentra
tanaman padi di Kecamatan Ngombol, Purwodadi, dan Banyuurip.
Jagung terutama dihasilkan di Kecamatan Bruno. Ubi kayu sebagian
besar dihasilkan di Kecamatan Pituruh.

Di tingkat provinsi, Purworejo menjadi salah satu sentra penghasil
rempah-rempah (Bahasa Jawa: empon-empon), yaitu: kapulaga,
kemukus, temulawak, kencur, kunyit, dan jahe. Selain untuk bumbu
penyedap masakan, juga untuk bahan baku jamu. Empon-empon yang
paling banyak dihasilkan Purworejo adalah kapulaga. Sentra produksi di
Kecamatan Kaligesing, Loano, dan Bener. Konsumen tanaman
empon-empon adalah perajin jamu gendong, pengusaha industri jamu
jawa, dan rumah makan.

Sekitar 75 pabrik jamu di Jawa Tengah mengandalkan bahan baku dari
kabupaten ini. Demikian juga pengusaha jamu tradisional di Cilacap,
seperti Jaya Guna, Serbuk Sari, Serbuk Manjur, dan Cap Tawon Sapi.
Pembeli biasanya mendatangi sekitar lima toko penyedia bahan jamu di
Pasar Baledono.

Kecamatan Grabag dikenal sebagai sentra penghasil melinjo yang
buahnya dijadikan makanan kecil yaitu emping. Sedangkan Kecamatan
Bener dan Banyuurip serta Purwodadi dikenal sebagai penghasil durian

Peternakan

Di bidang peternakan, ternak yang menjadi khas Purworejo adalah kambing
peranakan ettawaIndia yang memiliki postur tinggi besar. Peternakaan
kambing PE terutama di Kecamatan Kaligesing. Sisanya dari Kecamatan
Purworejo, Bruno, dan Kemiri. Di Kecamatan Kaligesing, kambing itu
dikawinkan dengan kambing lokal sehingga tercipta kambing PE ras Kaligesing.
Bagi sebagian besar peternak di Purworejo, memiliki kambing ini merupakan
kebanggaan tersendiri, ibarat memiliki mobil mewah. Setiap tahun ribuah
kambing dipasarkan ke luar Purworejo, termasuk ke Jawa Timur (Ponorogo,
Kediri, Trenggalek), Sumatera (BengkuluJambi), Riau, serta Kalimantan
(Banjarmasin).

Industri

Di bidang industri, Purworejo memiliki satu industri tekstil di Kecamatan
Banyuurip. Selain tekstil, di kecamatan ini ada dua industri pengolahan kayu
dengan 387 tenaga kerja. Satu industri yang sama dengan 235 tenaga kerja di
Kecamatan Bayan. Saat ini hasil industri yang mulai naik daun adalah
pembuatan bola sepak. Industri ini mulai dirintis tahun 2002 di Desa Kaliboto,
Kecamatan Bener, bola sepak bermerek Adiora itu sudah menembus pasar
mancanegara. Meski baru setahun berdiri, pembuatan bola sepak itu mewarnai
kehidupan masyarakat Kecamatan Bener. Di Tahun 2007 berdiri cabang dari
rokok Sampoerna di kecamatan Bayan yang akan menyerap tenaga kerja
cukup banyak.


Bahan Jamu dan Bola Sepak

Di tingkat Provinsi Jawa Tengah, Purworejo menjadi salah satu sentra penghasil
empon-empon. Ini adalah rempah-rempah yang terdiri atas kapulaga, kemukus,
temulawak, kencur, kunyit, dan jahe. Selain untuk bumbu penyedap masakan,
juga untuk bahan baku jamu. Konsumen tanaman empon-empon adalah
perajin jamu gendong, pengusaha industri jamu, dan rumah makan. Sekitar 75
pabrik jamu di Jawa Tengah mengandalkan bahan baku dari kabupaten ini.
Demikian juga pengusaha jamu tradisional di Cilacap, seperti Jaya Guna,
Serbuk Sari, Serbuk Manjur, dan Cap Tawon Sapi. Pembeli biasanya mendatangi
sekitar lima took penyedia bahan jamu di Pasar Baledono. Harga pasaran
empon-empon itu Rp 2.000-Rp 5.000 per kilogram.

Hasil industri yang mulai naik daun di Purworejo adalah pembuatan bola sepak.
Industri ini mulai dirintis tahun 2002 di Desa Kaliboto, Kecamatan Bener. Bola
sepak bermerek Adiora itu sudah menembus pasar mancanegara. Nigeria,
salah satu negara di Afrika, pernah memesan beberapa kontainer bola sepak
dari sini.

Pariwisata

Dalam bidang pariwisata, purworejo mengandalkan pantainya di sebelah
selatan yang bernama “Pantai Ketawang” dan “Pantai Congot”, didukung
dengan gua-gua : “Gua Selokarang” dan “Sendang Sono”, di Sendang Sono
(artinya: Kolam dibawah pohon Sono) masyarakat mempercayai bahwa mandi
disendang tersebut akan dapat mempertahankan keremajaan.

Musium Tosan Aji

Musium ini berbeda dengan musium Ronggowarsito di Semarang maupun musium
lainnya. Karena di musium Tosan Aji ini dipamerkan khusus tosan aji atau
barang pusaka. Mulai dari pembuatan awal di beselen sampai pada jenis-jenis pusaka yang ada dan pernah dibuat di Indonesia.


Masjid Agung Purworejo

Masjid Agung ini terkenal karena di sini terdapat bedug terbesar di Indonesia. Dengan diameter sekitar 2 meter lebih dan dibuat sekitar taun 1800-an. Bedug ini biasanya ditabuh hanya pada hari-hari khusus, seperti pada bulan romadlon dan pada hari-hari besar keagamaan.



Gereja Belanda

Gereja ini dibangun pada jaman pemerintahan Hindia Belanda, sekarang bernama GPIB (Gereja Protestan Indonesia bagian Barat). Letak gereja ini sama dengan masjid agung, sama-sama berdiri di depan alon-alon kota Purworejo. Sampai saat ini masih berfungsi sebagai rumah peribadatan dan melayani jemaah.



Alon-Alon Kota Purworejo

Alon-alon ini menjadi jantung kehidupan kota Purworejo sampai saat ini. Jika pagi berfungsi menjadi tempat kegiatan olah raga anak-anak sekolah sampai dengan upacara pada hari-hari besar. Pada malam hari, fungsi alon-alon ini menjadi tempat jajan bagi masyarakat. Berbagai makanan tersedia di sini. Dari makanan khas seperti bandrek dan kacang rebus sampai dengan
tempe dan ayam penyet ada di sini.

Makanan Khas Daerah

Beberapa masakan dan makanan khas Purworejo antara lain:

* Tahu Kupat (beberapa wilayah menyebut “kupat tahu”), sebuah masakan
yang berbahan dasar tahu dengan bumbu pedas yang terbuat dari gula jawa
cair dan sayuran seperti kol dan kecambah.
* Geblek : makanan yang terbuat dari tepung singkong yang dibentuk seperti
cincin, digoreng gurih
* Clorot : makanan terbuat dari tepung beras dan gula merah yang dimasak
dalam pilinan daun kelapa.
* Rengginang : gorengan makanan yang terbuat dari ketan yang dimasak,
berbentuk bulat, gepeng.

Tempat nongkrong/ jajan

* Bakso Pak Sukar: Di Jalan Diponegoro Kutoarjo
* Sate kambing Pak Bedjo : Jl. Diponegoro Kutoarjo
* RM Mbak Limbuk : Samping BRI Purworejo
* Soto Pak Rus : Stasiun KA Purworejo
* Ayam Panggang Mbak Purwati : sisi barat alun-alun purworejo

Kehidupan Masyarakat

Orang menyebut Purworejo sebagal Kota Pensiunan. Itu karena kota kelahiran
Jenderal Ahmad Yani ini sunyi sepi. Obyek wisatanya pun kering. Namun, jika
terlanjur mampir di sini, cobalah dekati restoran trotoarnya, siapa tahu ada
nuansa lain yang ditemukan.

“Ke Purworejo!” kata saya pada teman yang menjemput di Bandara Adisucipto,
Yogyakarta.

“Hah, apa yang mau dilihat di sana?” jawab teman itu heran.

“Kalau mau jalan-jalan, mendingan langsung saja ke Kebumen atau ke
Wonosobo. Di sana banyak obyek wisatanya. Di Purworejo nggak ada yang bisa
dinikmati,” saran teman itu.

“Saya ingin melihat dari dekat produksi mebel Jati Indah yang terkenal itu,”
terangku, baru teman itu paham.

Memang, tak ada yang bisa dinikmati di Purworejo. Kota itu hanyalah sebuah
jalur antara Yogya dan kota-kota lain di pesisir selatan Pulau Jawa. Tenang dan
Sepi. Keadaan itu membuat banyak orang menjuluki Purworejo sebagai kota
pensiunan, tempat orang beristirahat di hari tua. Belakangan, setelah produksi
mebel Jati Indah membanjiri pasar furniture tanah air, orang baru mendekatkan
nama Purworejo dengan mebel kelas atas, setelah Jepara.

Jalan raya menuju Purworejo dari arah Yogya mulus, hampir tak ada yang
berlubang. Jalan di dalam kota ini juga beraspal halus. Meski pada hari kerja,
jalan dalam kota ini terlihat lengang, Dengan leluasa becak-becak melenggang
di jalan raya.

Masuk Purworejo, kita akan disambut oleh Monumen Jenderal Ahmad Yani.
Seakan-akan mengucapkan ‘Selamat Datang’ patung Jenderal Besar dalam
ukuran raksasa ini, adalah monumen kebanggaan masyarakat. Di lokasi
monumen ini, masyarakat Purworejo kadang melewati sorenya dengan
berjalan-jalan.

Ahmad Yani sendiri lahir di sini dan sepanjang masa menjadi tokoh kebanggan
masyarakat Purworejo.

Menyimak sejarah pembentukan Kabupaten Purworejo, tampaknya pantas bila
wilayah ini mendapat “gelar” S3 (sampun sanget sepuh), Hari jadi kabupaten
ini 5 Oktober 901. Sekarang, tahun 2005, berarti usianya 1.104tahun!

Penetapan hari jadi Purworejo tidak lepas dari bukti sejarah primer, Prasasti
Kayu Ara Hiwang, berupa batu andesit yang ditemukan di Desa Boro Wetan,
Kecamatan Banyuurip. Dalam salah satu kalimat yang ditulis dalam bahasa
Jawa Kuno disebutkan tanggal, bulan, dan tahun yang kemudian ditetapkan
sebagai hari jadi kabupaten ini.

Kesan sebagai kota tua sangat terasa saat menelusuri wilayah ini. Tata kotanya
yang terkesan asri dan kuno, yang merupakan warisan tata guna lahan zaman
kolonial. Bangunan tua di alun-alun sebagai peninggalan zaman itu tampak
terawat dan masih digunakan, seperti Masjid Jami Purworejo yang dibangun
pada tahun 1834, rumah dinas bupati dibangun tahun 1840, atau gereja GPIB di
bangun tahun 1879.

Lahan terbuka, yang disebut alun-alun itu, seluas enam hektar juga
dipertahankan keasliannya oleh pemerintah setempat. Konon, alun-alun ini
terluas di seluruh Pulau Jawa. Di tengah alun-alun itu, ada dua pohon beringin,
yang konon juga sudah berusia ribuan tahun.

Peyek dan Ayam Gelinjang

Malam di Kota Purworejo adalah sepi. Begitu azan magrib berkumandang,
kesunyian mulai menyelimuti kota. Orang memilih berdiam dalam rumah dari
pada jalan-jalan di luar. Sekedar “makan angin” sekalipun, ogah rasanya bagi
masyarakat di kota ini. Oleh karena itu, jangan heran kalau di sini tak ada
pusat perbelanjaan, hiburan malam, apalagi cafe atau life music.

Makan? Mungkin ini satu-satunya acara di malam hari. Lokasi makan malam
pun tak banyak pilihan, kecuali di alun-alun. Lokasi makan yang terkenal di sini
adalah ‘Ayam Panggang Mbak Purwati’. Di sini, orang makan secara lesehan
dalam tenda yang dirancang begitu unik. Sambil makan, pengunjung dihibur
dengan alunan musik ‘organ tunggal’ dengan penyanyi yang ala kadarnya. Tak
jarang pengunjung akan didaulat untuk menyumbangkan kebolehannya
bernyanyi.

Mbak Purwati sendiri, adalah penyanyi favorit di “restoran”nya. Suaranya
memang tak kalah bila dibandingkan dengan Cici Paramida, lembut dan
menghanyutkan. Orangnya juga cantik, sehingga yang makan bisa berhenti
mengunyah begitu ia menyanyi. Katanya, bila sore-sore Mbak Purwati tampil
dalam dandanan aduhai, pasti sebentar lagi restorannya akan dikunjungi ‘orang penting’.

Masih di lokasi alun-alun, tepatnya di sebelah barat di depan Masjid Gedhe,
ada pedagang bajigur dengan rondenya. Kata orang, saking terkenalnya
bajigur dan ronde di sini, Sultan Yogya pun tergoda untuk mampir jika berada di
Purworejo. Warung ronde yang paling banyak dikunjungi orang adalah yang
bermerek Ronde Wawan, mungkin pemiliknya bernama Wawan.

Sambil menikmati bajigur dan ronde, kita bisa nimbrung “berdiskusi” soal
hal-hal yang up to date di Purworejo dan sekitarnya hingga masalah politik di
Jakarta. Sayangnya, arena makan di alun-alun tidak berlangsung lama. Begitu
jarum jam menunjukkan angka 10, lampu-lampu di restoran trotoar ini mulai
padam.

Arena makan malam mulai pindah ke Jalan Brigjend. Katamso, tepatnya di
depan RS Muhammadiyah. Orang menyebut restoran tengah malam ini dengan
nama Peyek Barokah. Berbagai jenis peyek bisa disantap di sini, seperti peyek
kacang, peyekteri, peyekiholo, peyek bayem, peyek geblek dan grubi. Peyeknya
gurih renyah, kacangnya gede-gede dan kriuk banget. Bukan hanya itu, gudeg,
lodeh, nasi rames dan seribu satu makanan khas Jawa juga bisa disantap di
sini.

Makan di Peyek Barokah bayangkan seperti santapan ala buffet. Namun jangan
pedulikan “tata krama”, boleh comot makanan lewat kepala orang atau lewat
atas piring orang yang sedang makan. Jangan pula tonjolkan status sosial
anda di sini, karena itu tidak penting. Semua pengunjung, tukang becak, tukang
ojek, sopir angkutan, kuli pasar, atau anda yang baru turun dari mobil sekalipun
hams rela berbaur jadi satu dengan satu tujuan: comot peyek.

Itu kalau di malam hari. Kalau ingin mencari makanan yang khas Purworejo di
siang hari, Pasar Grabag adalah tempat yang tepat. Lokasinya sangat mudah
dijangkau. Jika sampai di Pasar Grabag, jangan cari makanan lain, carilah
makanan bernama gelangan atau krimpying atau tenting. Penganan handmade
ini bentuknya cenderung lingkaran kecil, lubangnya kira-kira seukuran jari
kelingking, warnanya kuning kecoklatan alami karena tidak memakai bahan
pewarna.

Dikemas dengan sayatan-sayatan bambu, tiap sayatan biasanya untuk empat
biji lanting, satu tangkai biasanya terdiri dari lima untai dan satu gepok dapat
terdiri dari puluhan untai. Rasanya lain dari yang lain, gurihnya nJawani,
berbeda dengan lanting yang sudah dikemas dengan bungkusan plastic seperti
di toko-toko.

Masih soal “makanan”, di Tegalsari, sebelah utara Kota Purworejo, jugaterkenal
sebutan Ayam Gelinjang. Ayam Gelinjang terkenal karena yang dijual hanya
paha dan dadanya. Dari namanya orang bisa berpikir ayam ini lezat dan gurih.
Tapi Anda tidak dianjurkan untuk menyantapnya. Karena ayamnya adalah
ayam betina yang selalu mesem cengengesan dan doyan duit. Jadi, jelaslah,
Ayam Gelinjang itu bisa mendatangkan malapetaka jika didekati dan haram
hukumnya untuk disantap.

Transportasi

Purworejo terletak di jalur Selatan Jawa yang menghubungkan kota Jogjakarta
dengan kota-kota lain di pantai Selatan Jawa. Purworejo dapat ditempuh
melalui darat menggunakan moda transportasi jalan raya dan kereta api.
Stasiun besar di kabupaten ini terletak di Kutoarjo yang disinggahi kereta api
ekonomi jurusan Bandung - Jogja, Bandung - Madiun dan Purwokerto -
Surabaya serta kereta bisnis seperti Senja Utama Solo dan Senja Utama Jogja.
Kereta Eksekutif yang singgah di stasiun ini adalah Taksaka 2. Dari stasiun
Kutoarjo sendiri juga memberangkatkan kereta api sendiri yaitu Sawunggalih
Utama jurusan Purworejo - Pasar Senen serta Sawunggalih Selatan jurusan
Purworejo - Bandung Terminal bis utama di kabupaten ini terletak di antara
Purworejo - Kutoarjo tepatnya di kecamatan Banyuurip

Legenda

Tundan Obor : setiap musim penghujan, saat hujan rintik, pada senja hari
(surup), terdengar suara bergemuruh seperti kentongan ditabuh di sepanjang
kali Jali, dimana akan ditemukan beberapa barisan obor yang melayang
sepanjang sungai Jali, dari Gunung Sumbing hingga ke pantai, sampai saat ini
beberapa warga masyarakat masih meyakini hal ini (dan beberapa mengaku
masih menyaksikan). Sebagai bagian dari daerah pesisir pantai Selatan,
legenda Nyi Roro Kidul juga beredar luas dikalangan penduduk.

Kesenian

Purworejo memiliki dua kesenian yang khas : Jidur, tarian tradisional diiringi
musik perkusi tradisional seperti : Bedug, rebana, kendang. satu kelompok
penari terdiri dari 12 orang penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu
jenis gender saja (seluruhnya pria, atau seluruhnya wanita). kostum mereka
terdiri dari : Topi pet (seperti petugas stasiun kereta), rompi hitam, celana
hitam, kacamata hitam, dan berkaos kaki tanpa sepatu (karena menarinya di
atas tikar), biasanya para penari dibacakan mantra hingga menari dalam
kondisi trance (biasanya diminta untuk makan padi, tebu, kelapa)kesenian ini
sering disebut juga dengan nama Dolalak

Dzikir Saman - kesenian ini mengadopsi kesenian tradisional aceh dan
bernuansa islami, dengan penari yang terdiri dari 20 pria memakai busana
muslim dan bersarung, nama Dzikir Saman diambil dari kata samaniyah(arab,
artinya : sembilan), yang dimaksudkan sembilan adegan dzikir. diiringi musik
perkusi islami ditambah kibord dan gitar. pada jeda tiap adegan disisipi
musik-musik yang direquest oleh penonton)

Tokoh dari Purworejo

* Jan Toorop, pelukis Belanda.
* A.J.G.H. Kostermans, pakar botani Indonesia.
* Jendral Ahmad Yani, pahlawan revolusi
* Kol. Sarwo Edi Wibowo, mertua presiden Susilo Bambang Yudhoyono
* Bustanul Arifin, mantan Kabulog Orde Baru
* Jenderal Urip Sumoharjo, pendiri TNI
* Syeh Imam Puro, Ulama Purworejo
* W.R.Soepratman, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya” (masih
diperdebatkan - lihat artikel)
* Kyai Sadrach, Tokoh Penginjil Jawa; Perintis Gereja Kristen Jawa (GKJ)

foto-foto di daerah purworejo

    Monumen Jenderal Ahmad Yani
    foto purworejo 3
    foto purworejo 2
    foto purworejo 1
    foto purworejo 4
    Patung WR Supratman
    foto purworejo 5
    Patung Arca Goa Seplawan,
     patung goa seplawan